Info Admin 0852 7005 5040 pin 5cad584a

Senin, 22 Februari 2016

Suami Ku Imam Seluruh Makmum

Suami ku Imam seluruh Makmum
Oleh: Muhammad Rizki Akbar Siregar Al-Batubarowi

Nama ku Nurmala Sari seorang wanita sederhana tamatan SMA yang berharap menajdi Isteri Sholehah untuk Suami ku.
Siregar, itulah panggilan yang sering di ucapkan oleh rekan-rekan suami ku.
Suami ku adalah seorang pedagang kecil-kecilan yang aktiv di bidang keorganisasian Islam. Suatu hal yang aku banggakan darinya ia adalah seorang yang bermasyarakat dan mampu mengumpulkan masyarakat dalam satu tujuan di tengah kesibukannya menjadi pedagang. Walaupun bukan pejabat negara maupun desa, namun tak jarang ia mengantarkan keluh kesah masyarakat kepada pejabat daerah seperti Bupati maupun DPRD.
Tak terhitung berapa organisasi yang sudah di kepalainya mulai dari sekedar remaja mesjid di desanya, sampai menjadi ketua Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia kabupaten Batubara, kecintaannya terhadap organisasi inilah yang membuat aku mengenalnya saat pertemuan pertama ku dengannya setahun lalu ketika turut ambil bagian dalam membangun pengembangan remaja mesjid di desa ku. Enam bulan masa perkenalan kami sebelum ahirnya kami memutuskan menikah tepat di tanggal 29 November 2014.
Masih dalam suasana pengantin baru hari-hari ku yang kini ku lalui sangat bahagia. Walaupun belum terlalu mengenalnya, ku coba untuk mengenalnya melalui berbagai tulisan yang pernah ia buat. Banyak diantara tulisannya berkisah tentang perjuangannya di organisasi-organisasi bentukannya. Kisah perjuangan hidupnya menempuh S1 di kota Medan. Tulisan tulisan yang ia buat begitu berkesan di hatiku dan menurut ku ia pantas untuk menjadi penulis hebat.
Kekaguman ku pada tulisannya terhenti sampai ahirnya aku menemui catatannya yang berjudul "Tidak Untuk Dibuang".
Buku yang menceritakan ia dengan seorang wanita berbodi langsing, tinggi, putih, dan memiliki bola mata besar bernama Aisyah. Wanita yang belum ku kenal ini sungguh membuat hati ku sedikit cemburu. Betapa tidak aku cemburu dengan nya karena suami ku mengincar wanita ini sejak kelas dua SMA ungkapnya di dalam buku ini.
Dituangkannya cerita sakitnya kegagalan cintanya di buku ini dengan si Aisyah. Dalam hati teriak cemburu membaca buku ini.

***

Malam ini tepat enam bulan hari pernikahan kami, seperti bisanya kami selalu membicarakan tentang sebetapa kami berdua sangat saling menyanyangi dan berjanji akan selalu sehidup semati, seiya sekata. Malam penuh cinta ini benar-benar kami nikmati sebagai pasangan muda suami isteri. Ditengah kenikmatan itu aku teringat sosok Aisyah yang juga pernah menaklukkan hati suami ku, dan ku beranikan diri untuk melihat seberapa dekat suami ku dengan wanita itu, dengan meminta izin ke suami ku agar memberikan aku kebebasan membuka facebooknya, suamiku mengiyakan permintaan ku dengan suara penuh cintanya yang membuat legah perasaan ku malam ini. Hati ku tenang ditambah kehangatan cinta yang suami ku berikan malam ini.

***

Dengan izin dari suami ku malam tadi, hari ini ku coba untuk membuka facebook suami ku dan ku lihat percakapannya dengan teman-temannya dan hati ku sangat cemburu karena mendapatkan banyak dari percakapan teratasnya merupakan wanita semua, dan yang paling menyakitkan hatiku bahkan tadi malampun sebelum tidur bersama ku, suami ku masih sempat chattingan dengan Siti Aisyah. Nama Aisyah membuat hati ku bertambah panas, di tambah isi obrolan suami ku dengan Aisyah yang tampak menyemangati Aisyah yang lolos beasiswa Program Magister di Universitas Indonesia. Tampaknya aku memang wanita yang tidak sebanding dengan Aisyah, aku hanyalah wanita bodoh tak berpendidikan jauh berbeda dengan Aisyah.
Seperti bara yang membakar dada ini, tak terbayangkan betapa panasnya jiwa ini melihat kelakuan suami ku bahkan ketika usia pernikahannya pun hanya seusia jagung. Aku memang salah mempercayai lelaki yang belum terlalu lama ku kenal sebelumnya, ia melandaskan agama sebagai penakluk hati wanita. Ia sungguh kejam sampai membuat tak selera makan ku siang ini.
Petang ini sengaja tak ku sambut ia di depan pintu. Ku kurung diri ku di kamar sambil berbaring menahan sakit hati yang teriris oleh suami yang selama ini ku banggakan sebagai sosok kepala rumah tangga yang serba bisa.
Lama terbaring ku di kasur empuk yang biasa ku nikmati dengan penuh cinta dengan suami ku, namun kali ini kurasakan pahit yang menghantarkan ku terlelap dalam tidur sambil meneteskan air mata.

***

Sebuah kecupan kecil menyentakkan ku dari tidur ku dan terdengar bisikan kecil yang tak asing lagi bagiku
"Sudah sholat Maghrib Isteriku?" bisik suara familiar itu ketelinga ku
Langsung ku bukakan mataku, ku lihat suami ku lah yang barusan menjagakan ku dari tidur haru ku, bergegas ku tinggalkan ia menuju keluar kamar untuk bersegera sholat maghrib.
Selepas sholat ku lihat suami ku di depan meja makan sedang sibuk dengan ponselnya dan tampak dari kejauhan ia sedang membuka facebook, makin cemburu hati ku dan hanya nama Aisyah yang hanya terpikir dalam benak ku. Wanita yang begitu dipuja suami ku ini benar benar telah merusak keharmonisan rumah pengantin baru kami.
Senyuman manis yang menusuk hati ku itu, menghadap ke aku.
"Abang akan berangkat ke Jakarta esok pagi, menginap sehari di tempat kawan abang di sana, selepas dari Jakarta abang ada pertemuan dengan alumni sekolah abang di Medan. Serta tak lupa abang belanja barang dagangan kita, adek ada yang mau nitip pesanan tuk abang belikan tak?" tanya nya dengan senyum menatap ku.
"Tidak Bang" jawab ku singkat sambil merasakan hati ku sangat kacau, karena ku yakin Aisyah pasti turut hadir dalam pertemuan alumni tersebut. Apalagi di Jakarta ada Aisyah, mungkin Aisyah yang akan menjumputnya di sana, dan mereka akan hadir bersama di pertemuan itu dari Jakarta ke Medan bersama.
Tidak, aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak ke suami ku
"Aku titip kepercayaan aku ke Abang ya selama di perjalanan" ucap ku menenangkan diri sambil tersenyum kepadanya.
"InsyaAllah" jawabnya sambil tersenyum.
Pagi cerah ini ku lepaslah suami ku yang sedang aku cemburui ini ke Jakarta, ku doakan ia sampai ketujuan dengan selamat, kecupan di pipi ku pagi ini pun membuat sedih hati ku, walaupun aku kesal, karena mungkin saja nanti ia akan bertemu dengan kasih tak sampai nya Aisyah.

***

Suntuk ku di rumah sendirian, ku coba untuk membuka facebook suami ku, melihat apa saja yang ia bahas dalam obrolan facebook nya malam tadi.
Benar dugaan ku, suami ku tadi malam chattingan dengan Aisyah kasih tak sampai nyaitu, teriris hati ku membaca bahwa Aisyah akan menunggunya di Bandara Halim Perdana Kusuma untuk menemui teman Aisyah. Ternyata benar dugaan ku selama ini suami ku benar-benar telah menduakan ku dan belum bisa lupa dengan Aisyah.
Ku kemasi pakaian ku dan beranjak aku pergi pulang kerumah orang tua ku.

***

Diperjalanan bus dari Batubara menuju ke rumah orang tua ku yang yang terletak di Indrapura. Ku pandangi foto suami ku ketika berijab qobul yang di lakukannya bersama ayah ku melalui facebook, ternyata keindahan yang baru dibangunnya ini tak bertahan lama, tak sekuat cinta masa lalunya dengan Aisyah. Ia berangkat ke Jakarta menemui cinta masa lalunya dan meninggalkan aku sendirian di rumah yang berstatus isteri resminya. Betapa sedih perasaan ku, tak kuat ku bendung deret tetesan air mata ini yang jatuh mengguyur membasahi pipi ini.
Tiba-tiba aku merasa mual begitu dalam, ini adalah hal yang sudah lumrah bagi ku karena aku mabuk perjalanan dengan menggunakan bus. Mual yang begitu mendalam ini membuat ku muntah parah. Untung masih sempat aku muntuh kedalam kantong plastik hingga tak membuat muntahan ku ini mengenai orang-orang di sekitar ku.
Pandangan dari penumpang yang nampak jijik melihat ku, membayangkan ku bahwa kini sudah tiada yang peduli kepada ku. Semua orang kini menjijikkan pandangannya ke aku, mungkin begitu juga dengan suami ku dan Aisyah yang sedang berbahagia di luar sana.

***

Seturun ku dari bus dengan beban yang cukup sarat dengan pakain ku, ku pandangi sebuah mesjid yang menjadi tempat pertemuan pertama ku dengan suami ku namun pandangan ku makin buram mungkin disebabkan banyaknya muntahan yang aku keluarkan tadi. Pandangan ku makin memburam sampai membuat ku terjatuh tergeletak saat berjalan memasuki gang rumah orang tua ku.

***

Ku bukakan mata ku dan ku lihat sudah ada ayah dan ibu ku di depan ku, dan ternyata aku kini sudah terbaring di puskesmas yang terletak di depan rumah ku.
"Di mana Batak yang sudah membiarkan isterinya yang sedang hamil tiga bulan, pulang sendirian?" tanya ayah ku dengan nada agak keras.
"Dia sedang ke Jakarta ada urusan katanya" kata ku dengan nada yang masih lemas.
Apa aku hamil? Bagaimana jika betul suami ku mendua? Bagaimana harus ku biayai anak ku ini? Bagaimana perasaan anak ku nanti jika ia harus menerima hidup tanpa seorang Ayah? Hati kecil ku benar-benar menangis menerima kenyataan pahit ini.
Setelah dibawa pulang ke rumah ku, nafsu makan ku hilang rasa mual-mual begitu ku rasakan. Ternyata inilah yang ibu ku rasakan ketika aku dalam kandungan ibu ku dulu. Hanya susu dengan rasa yang tidak tahu bagaimana rasanya harus ku jelaskan itu yang ku minum, karena aku takut anak ku kekurangan gizi.

***

Tiga hari aku tergeletak di dalam kamar ku dengan keadaan lemas yang tak katulungan, kamar yang dulunya kuhuni semasa gadis ku ini benar-benar menghantui ku. Aku takut suatu saat harus kembali ke kamar ini dengan status janda.
"Oh janin ku jika engkau laki-laki maka jangan jadilah seperti ayah mu yang memperlakukan ibu mu seperti ini, jika engkau perempuan maka janganlah jadi seperti ibu yang diperlakukan ayah mu seperti ini" kataku sambil mengusap perutku yang tak tahan membendung curahan air mata ku sebelum menghantarkan ku tertidur dalam lelap ku dengan air mata yang mengalir.

***

Sebuah kecupan membangunkan ku dari tidur ku
"Sudah sholat Ashar mama Regar ku, aku bawakan oleh-oleh yang engkau pinta" suara bisikan yang tak lain adalah suami ku.
Basahan air mata di pipi ku yang belum kering, kini semakin deras mengalir tumpah ruah membasahi pipi ku melihat suami ku membawakan sebuah buku yang berjudul "Isteri Ku Nurmala Sari". Bukan hanya cemburu, sebenarnya aku pun tidak bisa berpisah tidur dari suami ku ini. Langsung ku pagut lehernya bukti kerinduan ku padanya
"Kenapa di Jakarta mesti di jemput Aisyah, kayak gak ada orang lain aja?" tanya ku dengan nada yang agak tinggi sambil melepaskan pelukan ku.
"Karena abang mintak antari ke tunangannya yang udah ngeluari buku ini untuk Abang" jawab nya samil menunjuk buku Isteri Ku Nurmala Sari tersebut
"Pasti cemburu kan?" tanyanya sambil tertawa
"Iyalah, pasti pulang ke Medan juga sama Aisyah kan, untuk kumpul di acara perkumpulan reuni dengan kawan-kawan abang? Tanya ku cemburu
"Gak ah, Aisyah masih di Jakarta untuk ngurus pengeluaran buku kedua abang dengan tunangannya" jawab suami ku dengan wajah manisnya.
"Semua kisah cinta abang udah berubah haluan kedalam buku ini, Isteri Ku Nurmala Sari" katanya dengan suara pelan.
"Minggu depan, Abang mau ngajak adek ke acara pembukaan Persatuan Alumni Pelajar Al-washliyah. Ahamdulillah di situ abang di tunjuk sebagai ketua. Adek mau ikutkan?" tanyanya
Ku anggukkan kepala ku tanda mau ku ikut dengannya
Setelah pulangnya suami ku dan mendengar penjelasannya dada ku begitu tenang rasanya, cemburu yang membara kini mereda. Kali ini nafsu makan ku meningkat membuat berat badan ku yang sudah hilang selama tiga hari ini kembali normal, bahkan kali ini ku mulai merasakan seperti ibu-ibu sedang hamil.

***

Seminggu telah berlalu dengan nafsu makan ku yang benar-benar menggila ini apakah suami ku tidak malu memamerkan aku di depan teman-temannya? Namun senyuman dan pegangan tangannya ini benar-benar meyakinkan ku bahwa ia tidak malu membawa ku bersamanya.
Di kerumunan keramaian teman-teman suami ku, aku di kagetkan dengan sentuhan di bahuku oleh seorang wanita.
"Mama Regar ya?" tanyanya mengagetkan ku
Sempat aku keheranan dengan sosok wanita dengan bodi langsing, tinggi, putih, dan memiliki bola mata yang besar bak Aisyah yang di ceritakan suami ku dalam buku Tidak Untuk Dibuang.
"Semoga bayi Regar yang kamu kandung ini seperti bapaknya ya" doanya sambil memegang bahu ku.
"Inilah isteri tercinta ku Aisyah, sosok yang menghantarkan ku dalam suksesnya terbit buku Isteri Ku Nurmala Sari" kata suami ku memperkenalkan aku kepada Aisyah
Jadi inilah Aisyah yang selama ini di puja suami ku, orangnya begitu cantik dan anggun. Sangat pantas jika suami ku menjadi salahsatu lelaki yang pemujanya.
"Bukumu sudah dipromosikan tunangan ku sebagai penerbit, dan hasilnya lumayan bagus. Mungkin di depan podium nanti bisa kamu promosikan bukunya" terang Aisyah kepada suami ku
Suami ku hanya tersenyum.
Acara demi acara pun berlangsung sampai puncak acara yaitu kata pembukaan resmi Persatuan Alumni Pelajar Al-Washliyah yang di sampaikan oleh suami ku.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Salam persatuan para alumni pelajar al-washliyah. Di kesempatan berbahagia ini, alhamdulillah kita telah berprestasi dalam mempersatukan diri dalam forum resmi Persatuan Alumni Pelajar Al-Washliyah. Dan satu lagi prestasi pelajar Al-Washliyah yang baru saja menerbitkan sebuah buku yang berjudul Isteri Ku Nurmala Sari. Besar harapan saya seluruh pelajar Al-Washliyah yang hadir di kesempatan ini mampu berprestasi secara total untuk membuktikan eksistensi pelajara Al-Washliyah bukan hanya isapan jempol belaka. Baiklah, dengan mengucap Bismillah maka Persatuan Alumni Pelajar Al-Washliyah" pidato suami ku yang disambut tepuk tangan meriah hadirin.
Cemburu ku hilang, dan kini aku benar-benar terpukau oleh Imam seluruh makmum ini. Hari itu aku menjadi pandangan banyak mata karena namaku menjadi nama buku yang di promosikan oleh suami ku.
Aku sangat bangga dengan suami ku karena Suami ku Imam Seluruh Makmum

***

"Sungguh wanita sanggup menahan cinta selama 40 tahun, namun tak sanggup menahan cemburu meski hanya sesaat"
(Ali Bin Abi Tholib)

1 komentar: